rss
twitter
    Temukan Sepuasmu, Semaumu, Sesukamu disini :-D

Jajar Legowo pendukung P2BN

Tantangan pengadaan pangan nasional ke depan akan semakin berat mengingat banyaknya lahan irigasi subur yang terkonversi untuk kepentingan non-pertanian dan penduduk terus bertambah. Pada pihak lain, laju pertambahan produktifitas lahan sawah juga semakin menurun akibat diterapkan teknologi yang semakin intensif, tetapi pupuk yang diberikan tidak seimbang dengan hara yang terangkut panen serta jerami padi banyak diangkut ke luar petakan atau dibakar. Adanya penciutan luas lahan sawah karena pengalihan fungsi, maka lahan kering untuk pengembangan pertanian harus segera dioptimalkan.

Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hal yang sangat penting untuk diwujudkan baik dari sisi sosial maupun moral. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan terwujud apabila seluruh penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi kecukupan nutrisi sesuai kebutuhannya agar dapat menjalani kehidupan, itu berarti ketahanan pangan diartikan sebagai suatu kondisi terpenuhinya pangan yang cukup dalam jumlah maupun mutunya, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Dalam pemenuhan kebutuhan pangan, komoditi beras masih merupakan komoditi utama dan strategis dalam peningkatan ketahanan pangan masyarakat di Indonesia. Tantangan besar yang kita hadapi dalam pemenuhan kebutuhan pangan beras antara lain ;

1. Sampai saat ini kita belum berswasembada beras secara lokal dan masih mendatangkan beras dari luar daerah.

2. Jumlah penduduk yang terus meningkat yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi beras.

Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian yang lebih mem-fokuskan kepada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka program Intensifikasi padi sudah selayaknya mendapatkan perbaikan dan penyempurnaan dari berbagai aspekbaik teknis maupun kelembagaan pendukung. Dalam rangka mengembangkan sistem ketahanan pangan , Departemen Pertanian menuangkan dalam program P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional). Untuk melaksanakan P2BN perlu dibangun kerjasama yang sinergis dan terarah antar institusi dan seluruh pihak yang terkait guna mengupayakan suatu peningkatan produksi yang signifikan dan berkelanjutan dengan mengimplementasikan kegiatan yang dinamakan dengan PTT (Pengolahan Tanaman Terpadu) dengan 10 butir kegiatan, yang salah satunya “Jajar Legowo” yang akan disampaikan dalam penyuluhan. Di kalangan petani juga mulai muncul kesadaran untuk menereapkan praktek tanam jajar legowo, karena alasan lingkungan, sosial ekonomi, kemandirian, dan kesehatan.


Kesetaraan Gender Dalam Pertanian

Tidak dapat dipungkiri Indonesia merupakan negara yang bertumpu pada sektor pertanian. Seiring dengan itu, kegiatan penelitian di bidang sosial-ekonomi pertanian pun telah mengalami proses panjang yang dimulai dengan kajian masalah adopsi teknologi menuju proses komersialisasi usaha tani kecil serta manajemen bisnis dan pemasaran. Dilanjutkan dengan telaah proses demokratisasi, liberalisasi, perlindungan HAM menuju kepada paradigma baru dengan pertimbangan pada kualitas pertumbuhan dengan penekanan pada pelestarian lingkungan, partisipasi masyarakat, kebebasan, kemandirian atau otonomi dan penghargaan pada kelembagaan dan teknologi asli setempat.

Betapapun juga sasaran akhir dari kajian tersebut diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, daya beli, taraf hidup, kapasitas dan kemandirian, serta akses masyarakat pertanian terhadap berbagai perkembangan. Keadaan tersebut tidak akan dicapai secara optimal tanpa adanya peningkatan dalam usaha pertanian terpadu, dinamis dan berbasis pada agroekosistem, dalam rangka terwujudnya agroindustri dan agrobisnis yang tangguh dan memiliki daya saing tinggi, yang meliputi aspek sosial, ekonomi, demografi, institusional, politik, dan lingkungan. Baik pada tingkat mikro maupun makro.

Berbagai kasus penelitian setelah melalui proses perjalanan yang panjang, pada akhirnya memberikan simpulan bahwa wawasan dan aktifitas wanita di bidang pertanian sama pentingnya dengan pria. Vitalnya peran aktif masyarakat tani, baik pria maupun wanita tersebut dapat tercermin dari pentingnya peran mereka dalam pengembangan kelompok-kelompok masyarakat dan lembaga ekonomi termasuk koperasi di dalamnya.

PEMBAHASAN

Indonesia telah mencapai kemajuan dalam meningkatkan kesetaraan dan keadilan pendidikan bagi penduduk laki-laki dan perempuan. Hal itu dapat dibuktikan antara lain dengan semakin membaiknya rasio partisipasi pendidikan dan tingkat melek huruf penduduk perempuan terhadap penduduk laki-laki, kontribusi perempuan dalam sektor

non-pertanian, serta partisipasi perempuan di bidang politik dan legislative.

Prinsip-prinsip dalam penelitian sosial-ekonomi pertanian modern adalah efisiensi, kesetaraan dan kesinambungan yang merupakan suatu "guarantee" terhadap paradigma pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development), dengan kata kunci bahwa manusia adalah kunci keberhasilan pembangunan. Disamping itu pendekatan partisipatif adalah model pendekatan yang menjadi trend dimana masyarakat diperankan secara aktif dalam pelaksanaan mekanisme semua aktivitas sosial ekonomi. Tercermin dalam kesamaan kesempatan dan dampak untuk wanita dan pria dalam konteks sosial dan ekonomi.

Pada berbagai kegiatan agribisnis mungkin mengharuskan perempuan diberikan kesempatan khusus untuk menjamin kesamaan akses terhadap berbagai manfaat. Karena sebagian orang memiliki kesempatan yang lebih baik untuk memanfaatkan kesempatan yang ada, maka kita harus mempertimbangkan berbagai hambatan yang ada agar mereka dapat berpartisipasi secara sama. Disinilah pentingnya kegiatan penelitian yang dilakukan secara sistematik untuk mengidentifikasi dan memahami pola pembagian kerja dan kekuasaan antara pria dan wanita. Dalam hal ini pola hubungan sosial keduanya serta dampak/manfaat yang berbeda dari suatu kegiatan-kegiatan pembangunan terhadap pria dan wanita. Metode analisis jender dianggap penting diterapkan dalam proses identifikasi, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan. Analisis ini dimaksudkan agar sungguh-sungguh dapat dipastikan bahwa pria dan wanita sama-sama berpartisipasi sesuai dengan potensi dan aspirasi, kebutuhan serta kepentingan mereka, serta sama-sama memperoleh manfaat yang adil.

Wawasan jender ini didasarkan atas tiga prinsip yaitu efisiensi, kesetaraan dan sustainabilitas. Pendekatan wawasan jender meliputi komponen analisis yang terdiri atas analisis konteks pembangunan, analisis stakeholders, analisis mata pencaharian, serta analisis kebutuhan sumber daya dan kendala. Tingkatan analisis terdiri atas tingkat makro (nasional dan internasional), tingkat intermediate (sektor) dan tingkat mikro (masyarakat/keluarga). Adapun komponen proses terdiri atas partisipasi, membangun jaringan kerja, pengumpulan informasi dan penyelesaian konflik. Prioritas konsep ini adalah pada kelompok yang kurang beruntung.

Dari berbagai pengalaman pembangunan di negara berkembang, ditinjau dari sisi sumber daya manusia, wanita merupakan kelompok yang kurang beruntung. Mereka umumnya mengalami marginalisasi baik di bidang politik, ekonomi, pengetahuan dan sosial. Peran wanita dalam pembangunan, termasuk pembangunan pertanian kurang nampak diperhatikan termasuk yang terjadi di Indonesia, meskipun lebih dari 60 persen kegiatan pertanian dilakukan oleh wanita. Oleh karena itu disadari perlunya suatu metode agar peran wanita dalam pembangunan menjadi nyata. Dengan konsep ini diharapkan peran wanita dan pria dilihat sama pentingnya sehingga akan terjadi efisiensi, kesetaraan dan sustainabilitas sehingga tercapai kemandirian masyarakat dan dapat dievaluasi apabila setiap kebijakan dari sektor sudah memperhatikan Gender mainstreaming.


Pendekatan Yang Dilakukan

Pendekatan penelitian pertanian berwawasan jender yang dinyatakan sebagai kunci wawasan jender meliputi peran jender, kelompok yang tidak beruntung dan partisipasi. Mengapa peran jender merupakan kunci sangat penting? Hal tersebut didasarkan atas kenyataan bahwa wanita dan pria secara sosial dibedakan sehingga disebut peran jender. Peran jender tersebut bersifat dinamis yang dapat berbeda karena waktu, tempat, etnis, maupun strata sosial masyarakat. Peran jender berkaitan erat dengan pembagian kerja. Selain itu diperlukan adanya penyadaran bahwa pembangunan harus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan prioritasnya bagi pria dan wanita. Oleh karena itu penelitian aspek sosial ekonomi tidak bisa hanya mengacu pada aspek pria, karena secara alami wanita berbeda dengan pria tetapi sebagai sumberdaya manusia mereka semestinya mendapat perlakuan yang sama.

Pemahaman jender sangat penting disosialisasikan kepada para peneliti kita. Masih kurang disadari bahwa potensi wanita cukup besar, lebih-lebih bila dikaitkan dengan jumlah penduduk wanita yang lebih besar daripada pria. Di dalam masyarakat, meskipun peran wanita dan pria sangat penting, namun dalam berbagai kategori sosial dan ekonomi, wanita kurang beruntung dibandingkan pria. Pengalaman menunjukkan danya pembagian kerja yang tidak adil, akses dan kontrol terhadap sumber daya ekonomi dan pengambilan keputusan yang masih rendah. Bahkan kadangkala peran mereka di rumah tangga untuk mempertahankan pangan dan mata pencaharian juga tidak dianggap penting.

Oleh karena itu dalam penelitian pertanian yang berwawasan jender peranan dan prioritas wanita dan pria tidak dilihat secara terpisah tetapi secara bersama-sama. Hal tersebut berkaitan dengan proses pembangunan itu sendiri yang menginginkan perubahan kehidupan menuju kepada kehidupan yang lebih baik, khususnya pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung. Kelompok tersebut adalah kelompok yang mengalami kekurangan sumberdaya yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti pangan, air; pelayanan kesehatan, perumahan, serta faktor sosial-ekonomi yang dapat mempengaruhi perlakuan-perlakuan diskriminasi yang mengakibatkan kemiskinan. Padahal, pengahapusan kemiskinan merupakan hal yang sangat penting untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

Industri Kecil Gerabah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam struktur dan tekstur tanah yang berbeda-beda. Salah satu jenis tanah yaitu tanah “lempung”. Hampir semua tanah liat yang ada di Indonesia disebut “lempung”. Lempung merupakan produk alam,yaitu hasil pelapukan kulit bumi yang sebagian besar terdiri dari batuan feldspatik,berupa batuan granit dan batuan beku. Hasil pelapukan tersebut terbentuk partikel-partikel halus dan sebagian besar dipindahkan oleh tenaga air,angin dan gletser ke suatu tempat yang lebih rendah dan jauh dari batuan induk,sedangkan sebagian lagi tetap tinggal di lokasi dimana batuan induk berada. Alam memproduksi tanah liat secara terus menerus, sehingga tidak mengherankan jika tanah liat terdapat dimana-mana dan jumlahnya sangat besar.

Dari berbagai jenis tanah “lempung”, salah satunya adalah tanah merah. Tanah merah merupakan bahan baku dalam pembuatan industri genting. Namun seiring adanya kemajuan teknologi dan kreatifitas manusia, tanah merah juga digunakan dalam pembuatan industri gerabah.

Desa Tawangrejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Desa tawangrejo merupakan salah satu desa dimana daerahnya didominasi oleh jenis tanah merah. Sudah berjalan selama bertahun-tahun eksploitasi tanah merah dilakukan oleh para produsen genting yang berasal dari luar daerah. Adanya eksploitasi lahan tersebut menyebabkan kerusakan jalan dan kerusakan lahan. Selain itu, input yang diperoleh penduduk sekitar kurang maksimal, karena penduduk sekitar hanya bertindak sebagai kuli untuk mengisikan tanah ke bak truk-truk. Semakin lama lahan pertanian semakin berkurang dan hasil akhir sisa ekspliotasi adalah adanya lubang-lubang yang ketika musim penghujan menjadi tempat penampungan air sehingga tidak bisa lagi digunakan untuk lahan produksi usaha tani. Adanya berbagai masalah tersebut maka sangtlah perlu diadakan kajian ulang mengenai eksploitasi lahan itu, sehingga masalah yang timbul bisa diminimalisir.


PEMBAHASAN

Suatu bentuk gagasan baru guna mengantisipasi adanya eksploitasi lahan tersebut adalah dibentuknya suatu usaha bersama yaitu Industri Gerabah. Seperti yang diketahui public bahwa Kecamatan Bayat merupakan suatu daerah yang terkenal akan industri gerabahnya bahkan sudah lama menginjak ke pasaran eksport. Hal ini menjadi suatu bentuk peluang bagi Desa Tawangrejo yang notabennya merupakan bagian dari kecamatan bayat untuk ikut andil dalam usaha pembuatan industri kecil gerabah.

Ada berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari industri gerabah tersebut yaitu :

1. Meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar

2. Mengurangi resiko kerusakan lahan dan jalan

3. Sebagai suatu bentuk usaha dalam upaya mengenalkan pada masyarakat akan potensi yang ada di Desa Tawangrejo.

Langkah-langkah penerapan inovasi pembuatan industri gerabah pada masyarakat Desa Tawangrejo meliputi :

A. Sosialisasi dampak eksploitasi lahan secara berlebihan.

Dalam forum ini dimaksudkan agar para penduduk sadar akan bahayanya eksploitasi lahan. Mereka didorong untuk bersama-sama memikirkan mengenai dampak dari eksploitasi yang dilakukan oleh pihak-pihak lain dari luar daerah. Setelah para penduduk menyadari akan buruknya eksploitasi lahan, selanjutnya menawarkan pada mereka sebuah inovasi baru yang tidak terlalu sulit, dengan bahan baku sedikit namun memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada hanya sekedar untuk dijual untuk pembuatan genting.

B. Sosialisasi mekanisme pembuatan alat sederhana pembuatan aneka barang dari tanah.

Dalam kesempatan ini para penduduk disuguhkan dengan sebuah alat sederhana untuk memulai usaha gerabah mereka. Alat ini pun tidak terlalu mahal dalam pembuatannya, sehingga para masyaryarakat bisa menjangkau untuk membeli dan bahkan membuatnya sendiri dengan mencontoh sample yang disediakan.

Alat tradisional dalam pembuatan gerabah berbentuk piringan dari semen/ kayu dengan diameter 50 cm, setebal 10-15 cm. Piringan itu bertumpu pada poros yang tingginya tidak lebih dari 20 cm. Pelarikan ditendang dan diputar dengan menggunakan kaki telanjang. Untuk membuat larikan tetap berputar, sang tukang gerabah menggunakan jari-jari kakinya dalam posisi duduk yang setengah terlipat itu.

Adapun tahap-tahap proses pembuatan gerabah sebagai berikut :

a. Tahap Pertama

Pertama, hal yang perlu dilakukan adalah Tanah Merah di jemur diterik matahari selama kurang lebih 1 minggu. Pada waktu penjemuran, tanah liat dipisahkan dari sampah yang tak berguna seperti kayu,akar kayu,dedaunan yang keras,rumput dan lain-lain.

b. Tahap Kedua

Tahap kedua, Setelah Tanah liat sangat kering, tanah liat kemudian dimasukkan ke dalam bak perendaman, namun sebelumnya perajin menyiapkan campurannya berupa pasir yang diambil dari kali dekat desa.Pasir halus kemudian disaring dengan ayakan yang sangat halus.

c. Tahap Ketiga

Tahap selanjutnya adalah pencampuran antara tanah liat dan pasir diaduk rata dengan tangan.Dan biarkan Rendaman pasir dan tanah liat selama 4 malam, tujuannya adalah agar tanah menjadi semakin plastis.

d. Tahap Keempat

Ini merupakan hasil setelah tanah dan pasir halus di angkat dari rendaman dan diaduk dengan tangan atau kaki selama 5 jam.

e. Tahap kelima

Tanah Liat sudah siap untuk dibentuk menjadi berbgai macam design gerabah sesuai selera perajin atau sesuai selera pemesan.


C. Penjelasan sistem kerjasama dengan pihak-pihak luar (investor, pemerintah desa dll).

Masalah utama yang menjadi kendala dalam industri kerajinan gerabah ini adalah pemasaran. Namun, perlu diketahui bahwa dengan adanya suatu bentuk kerjasama akan menyelesaikan masalah ini. Perlu disampaikan pada para penduduk untuk menjalin kerjasama dengan sentra industri kerajinan gerabah tepatnya di Kecamatan Bayat, yang berjarak 4 km dari Desa Tawangrejo.

Pada 3 tahun pertama, para penduduk Desa Tawangrejo didampingi pihak investor dalam upaya pemasaran produk-produk gerabah. Jadi untuk 3 tahun pertama para penduduk hanya sekedar sampai pada proses pembuatan barang setengah jadi. Untuk masalah pembakaran akan dilakukan oleh pihak investor sendiri. Hal ini dikarenakan pada proses pembakaran memang diperlukan ketepatan sehingga produksi hasil bakaran bisa tepat sesuai dengan yang diinginkan.

Setelah tiga tahun, diharapkan para penduduk bisa mandiri sehingga pendapatan yang diperoleh juga semakin meningkat. Mayoritas penduduk di Desa Tawangrejo bermatapencaharian sebagai wiraswasta di berbagai kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Malang, Bali, Makasar dll. Hal tersebut justru akan lebih mempermudah proses perluasan pemasaran di berbagai kota-kota di Indonesia.


PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan adanya pengalihan lahan yang semula di eksploitasi oleh pihak-pihak dari luar desa, diharapkan dengan adanya inovasi ini para penduduk Desa Tawangrejo bisa terjun langsung untuk melakukan produksi gerabah sendiri yang dinilai, nilai jualnya jauh lebih tinggi daripada hanya sekedar untuk diambil oleh orang-orang dari luar desa.

Adapun manfaat yang diperoleh dari pembuatan industri gerabah ini adalah sebagai berikut :

1. Memperluas lapangan kerja di Desa Tawangrejo

2. Meningkatkan pendapatan penduduk sekitar.

3. Mengantisipasi adanya kerusakan jalan yang disebabkan adanya truk-truk pengangkut tanah merah saat eksploitasi lahan yang dilakukan pihak-pihak luar desa.

4. Kerusakan lahan pertanian bisa diminimalisir karena pembuatan gerabah tidak memerlukan bahan baku (tanah merah) yang begitu banyak.

5. Mengantisipasi adanya penggundulan hutan yang disebabkan karena eksploitasi lahan.

B. Saran

Diharapkan dengan adanya berbagai manfaat tersebut, para penduduk dan pemerintah Desa bisa merespon positif guna kemajuan kepentingan bersama sehingga kesejahteraan penduduk bisa meningkat.